MEMBANGUN CITRA ORGANISASI

Membangun Citra (image) secara sederhana diartikan bahwa dalam proses kehidupan kita selalu mempunyai cita-cita atau tujuan agar hal yang ingin kita raih dapat terwujud. Salah satunya kita harus mencoba memahami bahwa kita ini sebenarnya mau dicitrakan seperti apa, dan itu akan bergulir seiring berkembangnya waktu. Sehingga kalau kita lihat dalam organisasi , sumber daya kita terbatas karena sudah kita pakai atau sudah tidak relevan. Sedangkan pada lingkungan sekitar kita akan selalu mengalami perubahan. Saat kondisi sumber daya kita terbatas, kita perlu melakukan eksplorasi atau pengembangan lingkungan yang cepat. Akhirnya banyak organisasi yang mengambil strategi yang disebut dengan image building.

Image building mencoba membuat satu dinamika yang lebih tinggi agar hal yang didambakan bisa terwujud melalui kegiatan yang didukung oleh sumber dan lingkungan yang adaptable. Kalau kita bicara image building sebetulnya kita bicara tentang kita itu mau direposisi seperti apa, sehingga citra kita positif. Ada satu pernyataan William shakespiere yang menarik, bahwa kekayaan abadi pada saat kematian adalah reputasi yang tak ternoda. Artinya, reputasi saat ini menjadi taruhan dalam berbagai level, baik ditingkat individu maupun di tingkat organisasi. Karena reputasi ini adalah sesuatu yang menjadi asset atau modal agar kita mendapatkan benefit yang lain

Image atau Citra adalah persepsi orang lain terhadap kita. Persepsi atau penilaian orang lain tidak selalu sama dengan yang kita inginkan. Seringkali orang lain melihat sisi lain dari diri kita, yang mungkin kurang kita perhatikan. Persepsi dan penilaian orang lain tidak dapat kita paksakan. Orang bebas menilai kita berdasarkan cara pandangnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu agar citra kita selalu dilihat positif oleh orang lain.

Mengelola image adalah upaya membangun reputasi dan kepercayaan publik. Keberhasilan individu maupun organisasi dalam mengelola image merupakan salah satu kunci keberhasilannya memenangkan persaingan. Memahami betapa pentingnya mengelola image membuat kita selalu sadar, bahwa menjaga citra baik jauh lebih sulit dibanding menghancurkannya. Citra dan reputasi yang terlanjur jatuh, butuh waktu lama untuk membangunnya kembali. Disinilah manajemen citra berperan. kemampuan individu atau organisasi dalam mengelola citra membuatnya siap menghadapi segala situasi, bahkan yang tak terduga sekalipun

Strategi Membangun Citra Organisasi 

Citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi ( Canton, seperti disitir Sukatendel, dalam Soemirat dan Ardianto. 2002: 111-112) 

Reputasi adalah suatu nilai yang diberikan kepada individu, institusi atau negara. Reputasi tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat karena harus dibangun bertahun-tahun untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dinilai oleh publik. Reputasi juga baru bertahan dan sustainable apabila konsistennya perkataan dan perbuatan (Basya, dalam Basya dan Sati. 2006: 6). 

Strategi Untuk mewujudkan Citra dan Reputasi Organisasi

  1. Arah yang jelas atau Citra yang Jelas atau Pandangan Publik yang diharapkan,  merupakan hal pertama yang harus ditetapkan dalam rangka membangun  Citra Organisasi. Hal ini perlu kita rumuskan secara jelas, karena arah akan menjadi dasar dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang mengikutinya. Arah yang jelas akan mempermudah manajemen dalam merancang berbagai aktivitas untuk mewujudkan Citra yang diinginkan. Arah juga akan mempermudah kita untuk melakukan evaluasi atas keberhasilan pelaksanaan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.
  2. Perencanaan Kegiatan Yang Fokus. Salah satu bentuk aktivitas organisasi adalah diselenggarakannya berbagai bentuk kegiatan penunjang. Misalnya: Selain kegiatan rutin Pembelajaran, salah satu bentuk kegiatan penunjang Lembaga Pendidikan adalah kegiatan Seminar, Lokakarya, Diklat, Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, dll. Untuk menunjang proses pencitraan lembaga, maka seluruh kegiatan yang direncanakan harus diintegrasikan dengan arah yang telah digariskan dalam proses Pembentukan Citra Lembaga.
  3. Publikasi Yang Memadai. Publikasi adalah upaya untuk menyampaikan informasi/pesan kepada masyarakat luas, khususnya stakeholder organisasi. Dalam rangka proses komunikasi dan proses pencitraan organisasi, maka manajemen wajib melakukan publikasi terkait dengan profil, program, keberhasilan yang telah dicapai, kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dll melalui media baik cetak maupun elektronik. Namun demikian, pemilihan media dan isi berita juga harus dipilih secara selektif, untuk memberikan kesan tersendiri terhadap masyarakat. Penggunaan media cetak/elektronik yang berskala nasional/regional memberikan kesan bonafiditas organisasi.
  4. Pembentukan Budaya Organisasi. Budaya yang dimaksud disini adalah kebiasaan-kebiasaan yang lebih mengarah pada pembentukan sikap dan perilaku orang-orang yang menjadi  anggota organisasi. Misalnya: Kebiasaan menutup sementara jam pelayanan pada jam 11:30, untuk memberikan waktu kepada anggota organisasi melakukan sholat dhuhur secara berjamaah. Langkah ini akan mempercepat proses Pencitraan Organisasi sebagai Organisasi bernafaskan Islam.
  5. Mobilisasi Sumber Daya (SDM dan SDA). Pencitraan organisasi bukanlah menjadi tanggung jawab individu pimpinan, atau bagian Humas semata, namun menjadi tanggung jawab seluruh komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Semua pihak yang tergabung dalam organisasi memiliki tanggung jawab untuk membentuk citra organisasi sebagaimana yang telah digariskan. Demikian juga dalam hal pemanfaatan sumber daya anggaran. Sudah barang tentu beberapa aktivitas penunjang yang diorientasikan secara khusus untuk pembentukan citra organisasi harus diberikan alokasi anggaran yang memadai. Contoh : Lembaga Pendidikan Tinggi yang ingin dicitrakan sebagai research university, maka dia harus memberikan alokasi anggaran yang memadai untuk digunakan sebagai biaya yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, baik bersifat pembiayaan atas barang/jasa yang habis pakai maupun pengadaan peralatan laboratorium penunjang penelitian.
  6. Penetapan Target Yang Terukur dan Bertahap. Pencitraan organisasi adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Tentunya dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap dan harus dilakukan evaluasi pada setiap tahapanya. Untuk melakukan evaluasi, tentunya akan lebih mudah kalau ada target-target yang terukur sebagai parameter keberhasilan kegiatan pencitraan pada setiap tahapannya. Contoh : Lembaga Pendidikan Tinggi yang ingin dicitrakan sebagai research university, maka sebaiknya  ada target berapa jumlah penelitian yang harus dihasilkan oleh Dosen dan Mahasiswa pada setiap tahunnya.  Hal ini perlu dilakukan agar manajamen tidak prustasi hanya gara-gara tidak mampu melakukan evaluasi karena tidak adanya paramater keberhasilan yang dipakai untuk mengukur tingkat capaianya.

Setelah beberapa hal tersebut kita lakukan secara bertahap, tidak ada salahnya dilakukan survey pada skala lokal, regional, atau nasional perihal pandangan masyarakat terhadap organisasi kita.

Terima kasih, mudah-mudahan bermanfaat.

Leave a comment